Cinta di tengah badai

Chapter 2: My mom, Ariana



"Kamu berani melakukan hal yang diluar Nalar. Harusnya juga berani mengambil resikonya," ucap Ardi.

"Aku tidak berpikir kalau semua akan jadi begini.. Awalnya hanya ingin membuat mama marah. Tapi ternyata masa lalu mengejarku sehingga aku harus terus berpegang pada papa, apapun caranya."

Ardi memandang Trisya yang basah kuyup.

Perempuan itu baru ia kenal 4 bulan lalu di sebuah coffee shop. Malam itu ia baru saja pulang dari sebuah tugas penangkapan bersama rekannya, Andika. Ketika pak Richard menelponnya.

"Kamu dimana, Di?"

"Jalan pulang, pak.."

"Kamu temui saya."

"Dimana, pak?"

"Saya share lok."

"Siap."

Trisya Monica seorang wanita yang memiliki kesempurnaan, tak heran banyak lelaki yang menyukainya. Apalagi dengan mengenakan mini dress yang menunjukkan kaki indahnya, bahkan untuk sosok Ardi yang terkenal dingin dan kaku pada wanita, tak bisa untuk tak mencoba mencuri pandang melihat paha putih bersih bak porselin milik Trisya. Saat itu Ardi belum tahu kalau Trisya adalah putri tunggal dari Ariana Dewi, istri Richard. Dalam pikiran Ardi dan Andika, Trisya adalah wanita simpanan sang atasan.

"Bang.." panggilan Trisya membuyarkan lamunannya.

"Pakaiannya diganti.. Nanti kamu sakit," ucap Ardi.

Ardi meraih kaos yang baru ia beli di jok belakang.

"Ganti disini?" tanya Trisya sambil memandang Ardi.

"Saya keluar "

"Jangan, Hujan loh.. Abang balik badan saja, tutup mata".

"Tidak apa-apa."

"Aku tidak akan menggodamu, bang.."

Ardi memalingkan wajahnya. Memandangi deras hujan dari balik kaca.

"Itu bapak.." kata Ardi saat melihat mobil Richard.

Ardi segera keluar saat melihat Richard menghampiri mobilnya.

Richard Adrian berusia 45 tahun. Pria berpangkat dan berwajah tampan itu sejatinya adalah suami dari ibunya Trisya. Mereka menikah 6 tahun yang lalu dan sudah dikarunia 1 orang putra yang diberi nama Aldo.

"Terimakasih ya bang.. Ayo, Pa.." Trisya berlari.

"Terimakasih sudah menjaga dia.." kata Richard.

"Sudah tugas saya, pak.." kata Ardi.

Richard duduk di samping Trisya.

"Kamu jangan menyusahkan Ardi," tegur Richard.

"Aku bosan.. jadi keluar," kata Trisya sambil melepaskan mini dress yang basah kuyup.

"Harus ke night club dan dengan pakaian seperti itu? Bagaimana tidak diganggu orang?"

"Papa kenapa sih? Kalau tidak mau menjemputku ya tidak usah! Aku kan tidak minta dijemput? Bang Ardi bisa mengantarku pulang!" Trisya mengenakan kaos yang tadi diberikan Ardi.

"Haruskah kamu turun dan.. " Richard tak melanjutkan ucapannya. "Sudahlah.."

Keduanya akhirnya saling membisu. Trisya merengut memandangi jalan.

Trisya sendiri baru 8 bulan kembali ke tanah air setelah menyelesaikan gelar masternya di jepang. Hubungan yang tak pernah baik dengan Ariana membuat Trisya enggan untuk tinggal bersama ibunya hingga memilih untuk mengontrak sebuah rumah yang tak jauh dari kampus tempat ia bekerja. Di usia 25 tahun gadis itu sudah menjadi dosen di sebuah universitas.

Hubungan Trisya dan Richard awalnya bisa dikatakan juga tidak dekat. Richard adalah suami ketiga bagi Ariana. Pengalaman buruk Trisya dengan kedua suami Ariana sebelumnya lah yang membuat Trisya berpikir kalau tak ada lelaki yang baik yang menjadi suami ibunya.

Namun ternyata perlakuan Richard berbeda. Ia selalu memberikan extra perhatian pada putri sambungnya. Cara bicara yang sangat penuh kasih sayang dan tak pernah memaksakan keinginan pada Trisya membuat Trisya yang awalnya tak peduli mulai merasakan kasih sayang yang tak pernah ia dapat dari seorang ayah.

"Aku tidak pernah merasakan mandi hujan seperti itu, Pa.." ucap Trisya lirih setelah terdiam beberapa saat. "Rasanya bahagia.."

Richard turun dan membukakan pintu untuk Trisya.

"Apa lagi? Ayo turun."

"Tadi aku digendong bang Ardi dipunggungnya.. Ternyata nyaman sekali. Pantas banyak anak-anak menyukainya.."ucap Trisya. "Bang Ardi bilang.. Minta gendong sama papa saja."

Richard memandang Trisya.

"Lalu?"

"Papa tidak mau menggendongku seperti yang dilakukan bang Ardi?"

"Ayo, Trisya.. Ini sudah malam. Masuklah dan mandi. Nanti kamu sakit".

"Ah, bapak ini tidak tahu cara memberikan aku hal yang tak kudapat saat anak-anak."

"Naiklah.." kata Richard.

"Terpaksa sekali.."

Richard tersenyum.

"Ayo, nak.."

"Papa.." Trisya langsung naik ke punggung Richard.

Rumah itu baru 4 bulan di tempati Trisya. Richard membelikan Trisya sebuah rumah lengkap dengan penjagaan yang ketat beserta sebuah mobi.

"Aku sayang sekali padamu, Pa.. Kau bisa menjadi segalanya bagiku. Jadi papa yang kurindukan, jadi kekasih yang kuinginkan, jadi sahabat yang kucari.." Trisya menyandarkan kepalanya di pundak Richard. "Hanya satu yang tak bisa.. menjadi suami yang aku impikan."

Richard terdiam. Sudah 4 bulan putri sambungnya itu menjadi simpanannya. Memang akan sangat terdengar gila jika hubungannya dengan Trisya terungkap ke publik. Namun sudah terlanjur terjadi.

Semua berawal ketika malam itu Trisya bertengkar hebat dengan Ariana ibunya di rumah kontrakan Trisya.

"Trisya..!" panggil Ariana.

"Tidak usah berteriak!"

Ariana memandang Trisya yag duduk di tempat tidur.

"Sedang apa kau?" Ariana melangkah masuk.

"Duduk dan siap mendengar celotehanmu!"

"Kau disini sejak tadi?"

"Ya".

"Mau berapa banyak lelaki yang kau undang masuk ke kamarmu?"

"Kau kira aku pelacur?? Mau apa kau datang kesini? Aku tidak butuh!"

"Jadi siapa yang kau butuhkan? Ayah tirimu? Kudengar sudah 2 minggu ini kau dekat dengan Richard!"

"Kenapa? Kau marah kalau papa dekat denganku? Bukannya saat aku pulang dan menolak kehadirannya kau marah padaku dan menyebut aku tidak sopan? Sekarang saat aku mulai dekat dengan papa kau malah marah! Kau cemburu? Kau takut dia akan melihatku seperti om Lucas melihatku?"

Pintu kamar itu diketuk.

Trisya dan Ariana menoleh. Richard berdiri di depan pintu kamar itu.

"Kalian berdua ribut disini.. Sementara tukang memanggil-manggil di depan?"

"Papa.." sapa Trisya.

"Pintu rumahmu kenapa?"

"Tadi kuncinya hilang, tetangga di depan yang menendangnya agar aku bisa masuk."

"Pasti kau sengaja menghilangkannya! Kau jangan membuatku malu dengan menggoda tetangga!" tukas Ariana sambil kemudian mengalihkan pandangan pada Richard. "Papa kenapa kesini?"

"Robby menelponku, katanya Trisya sakit. Tapi dia tak bisa mengantarkan ke dokter. "

"Dia tidak sakit! Itu hanya alasannya agar pacarnya itu datang ke rumahnya!"

"Mama kenapa kesini?" tanya Richard.

"Karena ada yang ingin kubicarakan dengan anak sial ini!" tukas Ariana.

"Mama jangan begitu!" tegur Richard.

"Papa lihat? Bagaimana aku bisa meghormati dia jika dia selalu bermulut jahat padaku," protes Trisya.

"Aku ingatkan kamu, jangan menggoda ayahmu seperti yang sudah kau lakukan pada om Lucas!" Ariana meninggalkan tempat itu.

Richard mengikuti Ariana.

"Sudah selesai, pak.. Kami pamit," ujar Tukang.

"Oh iya, terimakasih.."

Richard menunggu tukang itu pulang, Ariana sudah tak terlihat.

"Papa sudah makan?" tanya Trisya yang datang menghampiri.

"Nanti saja di rumah. Mama sudah masak. Sudah 3x tidak makan di rumah nanti mama bisa marah. Kamu bagaimana? Mau papa antar ke dokter?"

Trisya menggeleng. Ia duduk di samping Richard.

"Pa.. " panggil Trisya.

"Ya.."

"Papa percaya kalau aku pernah menggoda Om Lucas?"

Richard diam.

"Mama selalu berkata kalau aku selalu menggoda Om Lucas. Mama takut papa tergoda padaku.."

"Apa yang terjadi sebenarnya? Papa juga ingin mendengar versi darimu. Yang papa dengar dari mama, mantan ayah tirimu itu kerab kamu goda."

"Om Lucas itu.. Penjahat kelamin."

"Dia memperkosamu?" tebak Richard.

"Tidak sempat karena Trisya melawannya, Dan membuat dia jatuh dari tangga."

"Ok.. Ada hal lain yang pernah dia lakukan padamu?" tanya Richard.

"Waktu aku SMA kelas dua, Dia sering dengan sengaja mengelus tubuhku saat aku sedang mengerjakan tugas sekolah. Sejak itu aku selalu mengunci pintu kamar. Tidak peduli mama mau marah. Dia juga beberapa kali memaksaku mengoral miliknya. Itu sangat menjijikkan! Tapi waktu aku mengadu pada mama, dia memutar fakta. Dia bilang aku menggoda dia, bahkan berani melakukan hal kotor untuk menggodanya. Bodohnya si tolol itu percaya. Dia harusnya melindungi putrinya, tapi malah membuat putrinya jadi korban pelecehan suaminya berulang-ulang!"

"Mama bilang.. Kamu pernah melemparkan pisau pada mama saat kamu dimarahi karena memukul kepala temanmu dengan batu."

"Ya.."

"Kenapa?"

"Niatku memang ingin dia menghilang saja dari hidupku! Papa tahu kenapa aku memukul kepala temanku? Dia menyebut mama pel*cur!"

"Kamu tidak bisa membuktikan pada mama kalau om Lucas sering melecehkanmu?"

Trisya menggeleng.

"Papa tahu? Ketika Om Lucas meninggal,mama malah menyebutku gila! Katanya aku sudah membunuh suaminya! Padahal om Lucas jatuh dari tangga karena niatnya yang ingin memperkosaku! Tapi mama malah menyingkirkan aku. Dia kirim aku kuliah di Malaysia.. Melanjutkan S2 di Jepang."

"Kamu membenci mama?" tanya Richard.

"Sangat, seperti mama juga membenciku."

"Mama tidak benci padamu.. Maafkan mama kamu."

"Dia selalu menyebutku monster.. Apakah salah jika sekarang aku menyebut dia toxic?"

"Jangan terus memperuncing masalah. Jika mama marah.. kamu jangan ikut terpancing."

"Boleh tidak membahas mama, Pa?"

"Ok.."

Pintu rumah itu dibuka. Ariana masuk.

"Ada apa?" tanya Richard.

"Harusnya aku yang bertanya Richard!" jawab Ariana datar.

"Bertanya apa?"

"Kenapa kamu masih disini?"

"Aku sedang bicara dengan Trisya."

"Sudah kubilang dia tidak sakit!"

"Jangan mulai lagi," tegur Richard.

"Kau menyukai Trisya?" tanya Ariana tiba-tiba.

"Apa?"

"Aku melihat kamu sekarang begitu dekat dengannya. Dia memang cantik. Pintar. Sempurna! Masih muda. Tidak setua aku! Kamu menyesal menikahi aku?"

"Kau mulai lagi dengan tuduhanmu!" tukas Trisya.

"Kau diam! Sudah kukatakan, jangan mencoba merayu ayah tirimu! Dia ayah dari adikmu, Trisya! Mungkin kalian memang tidak ada hubungan darah, tapi kalian terikat pada Aldo!"

"Kau memang gila!" Trisya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Jaga bicaramu, Nona! Aku ini ibumu!"

"Ibu sampah!" teriak Trisya.

"Apa katamu?"

"Ariana! Trisya! Sudah! Mau sampai kapan kalian bertengkar?" tegur Richard.

"Aku muak dengan dramamu, gadis!"

"Kau kira aku tidak muak dengan cerita karanganmu??"

"Kau..!"

"Riana, cukup!" Richard menahan tangan Ariana yang akan menampar Trisya. "Jangan terus mengasarinya."

"Salahkah jika aku khawatir? Kamu tidak tahu dia wanita seperti apa! Aku ibunya! Aku yang paling tahu siapa dia!"

Trisya meraih vas bunga di meja, siap melayangkan ke kepala Ariana.

"Trisya, jangan! Yang ingin kamu serang itu mama kamu!" Richard menahan Trisya.

"Jika dia mati, masukkan saja aku ke penjara Pa, tapi sudah tidak ada lagi wanita itu diatas bumi ini!"

"Trisya, lihat papa! Jangan lakukan itu.." teriak Richard.

Trisya menatap wajah Richard.

"Sini.." Richard meraih vas bunga di tangan Trisya. "Istighfar.."

Trisya memandang Ariana dengan wajah merah, nafasnya memburu menahan amarah. Ia kembali menatap wajah Richard yang berdiri dihadapannya.

Tiba-tiba Trisya mencium bibir ayah tirinya itu sambil mengalungkan tangannya di leher Richard.

"Apa yang kau lakukan?? Kau memang gila!" jerit Ariana.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.